13 November, 2014

Menanti Strategi Kebijakan Transportasi Umum di Daerah

Salah satu transportasi umum yang sering digunakan di Indonesia untuk melakukan berbagai aktivitas saat bepergian adalah bus, mungkin karena kendaraan ini mudah untuk didapatkan di lokasi manapun, dan disamping itu juga karena harganya sangat terjangkau oleh dompet dari berbagai golongan manapun.

ASAL MULA TRANSPORTASI UMUM JENIS BUS 


Meskipun kita sudah cukup familiar, atau mungkin karena kita setiap hari menggunakan bus sebagai alat transportasi, tidak semua orang tahu, bagaimana sejarah kendaraan besar ini. Bus berasal dari istilah Omnibus, yang berarti kendaraan untuk semua. Omni, dalam bahasa Latin, artinya untuk semua.
Cikal bakal bus muncul ketika kendaraan bermotor menggantikan kuda sebagai alat transportasi pada sekitar tahun 1905. Saat itu, omnibus bermotor disebut autobus. Hingga saat ini, Perancis dan Inggris masih menggunakan istilah tersebut.

Omnibus pertama dioperasikan di Amerika Serikat. Dimulai dengan pelintasan Jalan Broadway di kota New York pada tahun 1827. Abraham Brower adalah merupakan pemilik pertama bisnis tersebut. Kemajuan paling penting pada omnibus adalah mobil jalanan. Mobil jalanan pertama itu ditarik oleh kuda, yang membedakan adalah keberadaan rel baja yang diletakkan di tengah jalan. Roda-roda mobil jalanan juga terbuat dari baja, yang dibuat sedemikian rupa, agar tidak merusak rel.
Mobil jalanan pertama beroperasi di Jalan Browery, New York, dan pemiliknya adalah John Manson, dan dibuat oleh seorang keturunan Irlandia bernama John Stephenson. Ada beberapa indikasi lain yang menunjukan bahwa bus pertama, telah ada ada sejak tahun 1662. Meski kendaraan sesungguhnya yang ditarik kuda, belum diluncurkan sampai tahun 1820-an.
Pada awalnya, bus merupakan  kendaraan yang ditarik kuda, kemudian dimulai dari tahun 1830-an, bus bertenaga uap mulai ada. Seiring perkembangan jaman, bus bertenaga mesin konvensional adalah penemuan bus troli elektronik, yang berfungsi dengan dibawah seperangkat kabel yang ada di beberapa tempat dengan jumlah banyak.

Bus bertenaga mesin pertama muncul bersamaan dengan perkembangan mobil. Setelah bus bertenaga mesin pertama pada tahun 1895, berbagai macam model dikembangkan pada tahun 1900-an, sampai akhirnya tersebar luas bentuk bus yang utuh mulai dari tahun 1950-an. Bus menjadi populer, pada awal abad 21, karena Perang Dunia I. Ketika itu, kebanyakan sarana rel dialokasikan untuk kebutuhan perang dan banyaknya mobil pribadi, sehingga diperlukan alat transportasi lain yang dapat mengangkut banyak penumpang.
Hingga saat ini, keberadaan Bus sebagai transportasi massal yang handal di berbagai wilayah seluruh dunia untuk mengantarkan banyak orang dalam satu kendaraan dengan berbagai fasilitas yang nyaman.

SEJARAH BUS DI INDONESIA

Bus masuk di negara Indonesia sekitar abad 19, pada saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Pada masa kolonialisme tersebut, berbagai sarana kendaraan bermotor menjadi budaya transportasi baru, yang dibawa oleh penjajah seiring dengan perkembangan revolusi industri di Eropa, yang ternyata berpengaruh di seluruh wilayah dunia. Sebagai sarana transportasi darat, yang mampu untuk mengangkut banyak orang, bus dianggap sebagai kendaraan yang efisien serta fleksibel dalam penggunaannya, seperti mobil dan motor pada masa itu, terkait dengan keberadaan sarana fasilitas jalan raya di wilayah Indonesia.

Bus dengan bodi lama, yang didatangkan langsung dari negeri asalnya, pada masa itu, adalah awal keberadaan berbagai bus di Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, Indonesia sudah mampu untuk membuat bodi bus sendiri, yang diproduksi oleh perusahaan karoseri, mulai dari perancangan awal, sampai siap digunakan. Hal ini merupakan suatu kebanggaan juga, ternyata bangsa kita, juga mampu bersaing di bidang industri karoseri kendaraan bermotor.
Di Indonesia, bus dibagi ke dalam ukuran, kelas, jenis dan jarak. Ada tiga jenis bus berdasarkan ukuran yaitu bus besar, bus sedang, dan bus kecil. Sedangkan berdasarkan kelas, ada kelas ekonomi, bisnis tanpa AC, bisnis AC, Exevutive, dan Super Executive.

Pembagian kelas-kelas dalam bus berdasarkan dari fasilitas yang disediakan oleh bus. Selain itu, klasifikasi juga didasarkan pada jarak tempuh yang dibedakan menjadi lima yaitu:
1.    Bus yang berjarak tempuh terjauh adalah bus lintas batas Negara. Indonesia pernah meluncurkan bus lintas batas negara yang menghubungkan Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam. Rute bus tersebut adalah Pontianak (Indonesia), Kuching (Malaysia), dan Miri (Brunei Darussalam).
2.    Bus antar kota-antar Provinsi (AKAP). Bus AKAP adalah angkutan dari satu kota ke kota lain, dengan trayek antar kota dan kabupaten, dan melalui antar daerah provinsi yang lain, melalui bus umum yang terikat dalam Trayek.
3.    Bus antar kota dalam provinsi (AKDP) yang mengangkut dari satu kota ke kota yang lain, dan melewati antar kabupaten, tetapi masih dalam satu daerah Provinsi. Selain itu,
4.    Bus kota yang beroperasi hanya di wilayah kota tersebut
5.    Bus pariwisata yang melayani rute sesuai pesanan tanpa terikat jarak trayek yang ditempuh.

Dengan tersedianya berbagai macam jenis bus yang ada di Indonesia, diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas terhadap moda transportasi darat yang dapat digunakan secara massal untuk berbagai kepentingan, dan sebagai kendaraan umum yang lebih fungsional, dengan berbagai manfaat yang didapatkan oleh keberadaan sebuah bus.

Berbagai bus dengan bentuk bodi terbaru, terinspirasi dari desain bus di mancanegara, bodi keseluruhan bus dibuat oleh perusahaan karoseri Indonesia. Dengan berbagai teknologi yang diterapkan, maka diharapkan perkembangan industri bus di Indonesia mampu besaing dengan yang ada di negara lain, yang pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan para penumpangnya.

KEBERHASILAN DARI SISTEM TRANSPORTASI BUS

Kesuksesan dari sistem transportasi bus dalam pemenuhan kebutuhan pengguna, sangat bergantung pada bagaimana bus tersebut beroperasi sebagai sebuah “sistem”. Ada komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu:

1.    Service Planning (perencanaan pelayanan)
Hal ini mencakup lokasi dari rute, pemberhentian dan terminal, pemindahan dan sebagainya, yang seiring dengan jadwal dan jumlah bus, sehingga dapat menawarkan kemungkinan terbaik kebutuhan umum suatu area
2.    The Actual Operation (eksekusi dari perencanaan)
Hal ini berarti meng-aplikasikan perencanaan pelayanan menjadi perjalanan bus yang aman dan dapat diandalkan di sepanjang jaringan pelayanan
3.    The Passenger Information and Other Services (informasi penumpang dan pelayanan lainnya)
Tujuan dari pelayanan penumpang ini adalah menfasilitasi dan memotivasi penggunaan dari transportasi publik, yang mencakup info penjadwalan yang mudah, tiket yang menarik, perpindahan yang atraktif serta penampilan yang baik, dan lain sebagainya
4.    The Rolling Stock (kendaraan)
Tujuan dari komponen ini adalah untuk meningkatkan keefektifan biaya pada satu sisi dan pada sisi lain untuk meningkatkan kenyamanan penumpang
5.    The Bus Stops and Terminals (perhentian bus dan terminal)
Dalam hal ini yaitu lokasi, instalasi, bentuk dan peralatan pemberhentian bus membuat akses transit publik menjadi lebih mudah dan meyakinkan untuk dilakukan sebagai kebutuhan yang ada pada suatu daerah
6.    The Rest of The Network (jaringan lainnya seperti jalan dan jalur bus)
Sistem bus yang modern menggunakan variasi jalan atau jalur dalam rangka untuk meyakinkan operasi yang biasa, reliable, dan punctual.

PERMASALAHAN MINIMNYA ANGGARAN DAN TRANSPORTASI UMUM DI DAERAH

Pemerintahan diminta untuk melakukan revisi anggaran transportasi di tahun 2015. Revisi tersebut dapat dilakukan usai dilantiknya Presiden Terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla.
“Anggaran transportasi di 2015 Rp 44,93 miliar, hanya 64 persen yang disetujui dari Rp 70 miliar,” kata Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno.

Menurut Djoko, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah banyak meninggalkan pekerjaan rumah di sektor transportasi. Pada masa SBY, Djoko menilai pemerintah lebih mengutamakan kemajuan terhadap kendaraan pribadi. “Akibatnya, 95 persen lebih, kondisi transportasi umum di daerah sekarat,” tambahnya.

Djoko menambahkan, saat ini, banyak kota-kota di Indonesia yang sudah tidak memiliki layanan transportasi umum, seperti selat Mamuju, Demak, Tanjung Pandan, Denpasar.
Oleh karenanya, anggaran transportasi seperti Direktorat Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan dan DJKA, dinaikkan dua kali lipat dari yang telah disetujui saat ini. Pasalnya, dengan adanya anggaran tambahan, dapat memperbanyak bantuan bus untuk daerah-daerah yang masih minim dilayani oleh transportasi umum. Tidak hanya itu, untuk masyarakat tanpa kendaraan-pun, sudah sepantasnya mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah mendatang.
“Trotoar kota-kota di Indonesia yang terbangun masih kurang dari 1 persen dari panjang jalan yang ada, Padahal, setiap jalan wajib dilengkapi fasilitas pejalan kaki dan sepeda, sesuai amanat UU No. 22/2009 LLAJ,” kata Djoko

Berharap pemerintahan yang baru, bisa segera merealisasi penyediaan bus dan memperbanyak fasilitas kendaraan umum di daerah-daerah. Karena, tidak semua masyarakat bisa memiliki dan membeli mobil pribadi, dan tentu saja, keberadaan kendaraan umum khususnya bus, akan sangat membantu mereka dalam melakukan berbagai kegiatan dan juga untuk bisa bepergian kemanapun.

Sumber: Tempokini
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih

Followers