11 March, 2015

Dengan Transmisi Matic Operasional Bus Lebih Efisien

Berbagai cara ditempuh untuk menekan biaya operasional. Salah satu penghematan bisa menggunakan transmisi matic untuk bus. Selain mesin yang bisa berumur panjang , karena kinerjanya diatur pada batas dua ribu RPM, fungsi retarder juga membantu penghematan penggunaan kanvas rem dan ban. Belum lagi fungsi kopling yang sudah tidak ada lagi sehingga tak perlu penggantian kanvas kopling. 


Yang jelas terlihat untuk ban lebih awet. Bus milik PO Safari Dharma Raya yang diujicoba, penggantian ban hingga penggunaan 90.200 km, kampas rem belum ganti sejak pertama dibeli tahun 2010.  ZF bekerjasama dengan perusahaan angkutan PO Safari Dharma Raya dengan menggunakan bus Mercedes-Benz 1626 dan transmisi ZF-Ecomat. ZF-Ecomat adalah transmisi otomatis yang dilengkapi Retarder Hydrodynamic dan Transmission Control Unit (TCU), yang dapat bekerja secara efisien dan tahan lama. Effesieni pada bus bertransmisi otomatis bisa dicapai berkat teknologi yang diusung. Untuk penggantian ban dan kanvas rem, bisa diperpanjang karena adanya opsi retarder. Retarder memungkinkan pengereman dengan bantuan mesin secara otomatis melalui perpindahan gigi transmisi dari tinggi ke rendah. Hanya dengan memainkan tuas kecil enam percepatan, bus mengerem tanpa menginjak pedal rem. Semakin jarang menginjak pedal rem, maka panas yang ditimbulkan karena pergesekan di keempat sumbu roda juga berkurang. Panasnya pelek akibat pergesekan membuat umur ban lebih singkat. 





Pada Transmisi matic penggantian oli transmisi hingga 240 ribu km, sangat effesien, mengingat pada transmisi manual penggantian dilakukan per 40 ribu km. Jika dibandingkan dengan harga transmisi manual yang mencapai Rp. 75 juta per unit, harga Rp. 180 juta untuk transmisi otomatis cukup kompetitif. Selisih Rp. 90 juta-an, masih bisa ditutup dengan effesiensi pada kanvas rem dan umur ban yang lebih panjang. Maklum, harga sebuah ban paling murah lebih dari Rp. 2 juta dan umur penggantian 90 ribu km bisa mencapai dua tahun untuk bus pariwisata. 

Pada transmisi otomatis pengemudi menyesuaikan diri dengan mesin. Hal ini dimungkinkan karena ada Transmission Control Modul (TCM). Pada transmisi Allison, TCM pengaturan kinerja mesin melalui transmisi bisa dilakukan. Selain itu, alat ini merekam perilaku pengemudi. Transmisi otomatis bisa diaplikasikan pada mesin-mesin bus keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan Electronic Control Unit (ECU). Dengan memadukan kerja TCM dan ECU kontrol kinerja mesin bus lebih terjaga.  Ada dua pilihan pengaturan yang bisa dilakukan TCM. 


Ada fitur, ketika bus pada posisi berhenti di posisi netral (N) bisa secara otomatis berpindah ke posisi berjalan (D) hanya dengan menginjak pedal rem dan gas. Fitur ini memungkinkan beban mesin saat berhenti lebih ringan. Gampangnya, bus tidak selalu dalam posisi masuk gigi transmisi dan ditahan rem tangan saat berhenti. Biasanya, digunakan di tengah kemacetan atau saat lampu lalulintas menyala merah. Seperti pada mobil, ada pula kontrol manual transmisi dengan hanya memencet tombol. 



Uniknya di bus matik ini tidak ada tuas transmisi seperti mobil pada umumnya. Untuk memilih posisi gigi, hanya tersedia tombol yang berjajar di dasbor dengan pilihan N (netral), D (untuk maju), R (mundur), dan 1, 2, 3. Ketika tombol D ditekan, meski pedal gas belum diinjak tapi bus sudah berjalan secara perlahan. 

Mengendarai bus ini harus ekstra lembut, baik dalam menginjak pedal gas, memutar setir atau mengerem. Menginjak rem sedikit kasar saja maka penumpang bus mengalami guncangan. Sebenernya perpindahan gigi menggunakan transmisi otomatis ZF ini sangat halus. Ketika kita akan memundurkan bus, dengan cara menekan tombol N, lalu R, barulah bus mundur secara perlahan. 
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih

Followers