29 July, 2016

Mengenang Terminal Bus Lintas Andalas Padang

Sudah lama BusNesia ingin mengulas terminal bus Lintas Andalas. BusNesia tertarik dengan eksotisme dan kecantikan terminal bus Lintas Andalas karena punya keunikan yang menggambarkan ciri khas kota Padang dengan latar belakang rumah Gadang yang menyatu dengan ingatan kolektif warganya. Namun baru kali ini BusNesia bisa menulis terminal Lintas Andalas setelah BusNesia mendapatkan foto dari rekan kami yakni Pak Rully Novianto yang sama-sama tergabung di grup Sejarah Transportasi dalam media sosial Facebook. Pak Rully sendiri mendapatkan foto terminal Lintas Andalas dari ketelatenan beliau mendokumentasikan foto masa lalu. Dan foto terminal Lintas Andalas ini beliau peroleh dari Majalah RONA terbitan November 1987. Nampak dalam foto beberapa bus berjejer dan di antaranya ada bus ANS yang begitu melegenda bagi warga Minang.


Keberadaan Terminal Andalas sejak 1972 hingga 2002 tidak sekadar titik simpul transportasi publik di ibukota Sumatera Barat. Terminal Andalas juga berfungsi sebagai sudut simpul peraduan rindu.

Pembangunan Terminal Lintas Andalas karena makin meningkatnya jumlah kendaraan penumpang di Kota Padang sehingga tidak tertampung lagi di Terminal Goan Hoat dan mulai dioperasikan pada tahun 1972 di bawah pengawasan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya. Menurut berbagai cerita, sebelum kawasan ini dibangun terminal Lintas Andalas dulunya merupakan kuburan orang-orang Belanda. Lokasi Terminal Lintas Andalas yang berada di pusat kota menjadi lahan perekonomian baru bagi masyarakat Minang yang bergerak di sektor informal seperti pedagang dan agen penjualan tiket bus.


Padang pada era 1970 hingga 80-an adalah kota yang bersih dan teratur. Ketika itu, terminal bus antar kota digunakan sebagaimana layaknya sebuah terminal. Bus antar kota dan propinsi keluar masuk dengan tertib di Terminal Lintas Andalas yang terletak di jalan Pemuda, sekarang menjelma Plasa Andalas (Ramayana).

Terminal Lintas Andalas Berubah Menjadi Plasa Andalas

Saat ini kawasan Terminal Lintas Andalas sudah menjadi mal mewah Plasa Andalas. Yang mengizinkan alih fungsi fasilitas umum terminal bus Lintas Andalas menjadi Plasa Andalas adalah Walikota Padang Fauzi Bahar.


Kawasan Aiapacah dirasa sebagai lokasi strategis bagi terminal baru. Daerah penghubung dari pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Pada tahun 1998, terminal baru, yang diberi nama Terminal Regional Bingkuang mulai dilakukan uji coba. Sejumlah Perusahaan Oto (PO) dan sopir menolak pindah ke lokasi baru yang berada di jl By Pass, Air Pacah dengan alasan jarak yang agak jauh lebih kurang 6 KM dari pusat kota dan minimnya moda transportasi ke pusat kota.

Lalu, Terminal Regional Bingkuang dioperasikan untuk ke dua kalinya di tahun 2002. Instruksi untuk mengosongkan terminal Lintas Andalas harga mati yang harus diikuti. Kehilangan Terminal Lintas Andalas mengakibatkan matinya ekonomi masyarakat di sekitar terminal. Beberapa titik terminal bayangan menjamur. Di Jalan Hamka, Simpang Lubukbegalung, simpang Gaung, depan Basko, simpang Balai Kota lama dan lainnya.

Terminal bus Regional Bingkuang tidak berjalan sesuai perencanaan. Pemko Padang berencana memindahkan lagi terminal ke Anakaia, Kecamatan Kototangah. Sampai hari ini terminal yang direncanakan masih dalam proses land clearing dan penimbunan. Dishubkominfo Padang menargetkan pembangunan terminal Tipe A itu selesai pada 2018.

Karena itu, kini Padang mungkin satu-satunya kota besar di Indonesia yang saat ini tidak memiliki terminal bus AKAP.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih

Followers