BusNesia - Berawal dari keluhan seorang crew bus malam akibat ramainya mania namun sepi penumpang, BusNesia jadi ingat Metromini. Crew bus malam tersebut bilang "Rame maniane sepi penumpange". Ini menunjukkan ramainya mania yang jumlahnya ribuan belum tentu membawa dampak positif bagi Perusahaan Otobus. Kontribusi mania terutama PO Mania hanya sebatas ramai dalam perdebatan dalam grup saja. PO Mania belum mampu membawa komunitasnya mengantarkan kesuksesan sebuah Perusahaan Otobus. Bahkan boleh dibilang kontribusi mereka masih O. Seharusnya grup PO Mania itu jadi ajang diskusi membesarkan PO nya, jadi pintu masuk kritik dan saran yang membangun antara pengguna dan perusahaan. Eh grup malah berisi mania-mania alay gak jelas. Meski tidak semua komunitas begitu. Kondisi sangat kontras dengan Metromini, meski tanpa mania, meski banyak di benci namun penumpang Metromini selalu penuh sesak.
Nah itulah sisi menarik untuk di tulis dari Metromini, tentu saja BusNesia tidak akan menulis kebobrokannya. Metromini itu bus tanpa mania dan banyak di benci namun selalu dinanti kehadirannya. Penumpangnya selalu penuh, dan anehnya tidak mampu meremajakan armadanya. Ketidakmampuan meremajakan armada pasti ada yang salah dengan manajemen. Namun begitu BusNesia yakin, tidak ada yang salah pada merek dagangnya yang terbaca "Metromini". Metromini memang kurang nyaman dan aman. BusNesia pun berharap bus Metromini bisa diperbaiki atau diremajakan oleh manajemen mereka.
Metromini memang sebuah dilema bagi para penggunanya dan juga para pengguna jalan raya lainnya. Maka Metromini sangat dibenci karena dosa-dosanya antara lain:
1. Ngetem sembarangan yang jelas bikin macet.
2. Berhenti seenaknya sepertinya hanya Tuhan dan supir yang tau kapan dia akan berhenti.
3. Pembawaan supir yang selalu gak jelas sampai saling balapan antar supir.
Tapi dari semuanya itu ada sesuatu yang membuat rasa cinta, rindu dan selalu menanti Metromini. Rasa itu timbul karena Metromini selalu tersedia dan cepet bahkan lebih cepet dari busway karena jalanan semacet apapun bisa aja para supir Metromini nyelip padahal tuh bis lebih gede dari Avanza. Dengan ciri khas supirnya yang duduk miring antara bangku dengan setirnya membuat perjalanan semakin seru.
Ya itulah sisi menarik Metromini, bus yang awal kelahirannya untuk menyambut Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forcesalias Ganefo (tandingan Olimpiade) pada tahun 1962. Kelahiran Metromini pun atas perintah Presiden Soekarno langsung.
Antara Livery Metromini Dan Manor Racing
Nah menariknya lagi, Tuhan memainkan perannya dan menunjukkan tidak ada yang salah dengan Metromini. Peran Tuhan disini terbaca dari sedikit kekeliruan tim F1 Manor Racing dalam melivery mobil MRT05 mereka. Mobil F1 batangan Rio Haryanto mendadak mirip Metromini. Sedianya mobil MRT05 menggunakan livery orange biru seperti seragam safety Pertamina. Namun begitu keluar malah menjadi merah biru khas Metromini. Ya, sang pelari ibu kota menjelma menjadi jet darat batangan Rio.
Ada pesan tersirat yang bisa dibaca, Metromini, bus tanpa mania dan banyak dibenci namun selalu dinanti kehadirannya. Metromini dengan ragam persoalannya masih mampu mengantar para penumpang untuk memenuhi hajat hidup mereka. Metromini masih tetap tegar meski secara fisik sangat tidak layak jalan. Dan semoga Rio bisa seperti Metromini yang pantang menyerah bagaimanapun keadaannya. Rio harus pantang menyerah meski banyak yang nyinyir seperti juga Metromini. Metromini kan merefleksikan semagat pantang menyerah.
Sementara Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengungkapkan, jika dilihat aslinya, warna oranye di MRT05 itu lebih kepada merah. Sebab, pemilihan warna itu ada filosofinya.
"Sebenarnya, warna gradasinya itu mirip dengan baju safety Pertamina untuk semua lini bisnis. Di baju tersebut, ada warna merah, garis putih, dan lebih banyak warna birunya," kata Wianda.
Dan bagi BusNesia sendiri, bukan soal livery yang harus digembar-gemborkan oleh masyarakat Indonesia. Yang terpenting, masyarakat Indonesia harus mendukung Rio yang berhasil masuk tim Manor Racing, bisa memberi sesuatu yang baik kepada bangsa Indonesia.
Nah, itulah Metromini, meski tanpa mania, meski banyak di benci namun penumpang Metromini selalu penuh sesak.
Nah itulah sisi menarik untuk di tulis dari Metromini, tentu saja BusNesia tidak akan menulis kebobrokannya. Metromini itu bus tanpa mania dan banyak di benci namun selalu dinanti kehadirannya. Penumpangnya selalu penuh, dan anehnya tidak mampu meremajakan armadanya. Ketidakmampuan meremajakan armada pasti ada yang salah dengan manajemen. Namun begitu BusNesia yakin, tidak ada yang salah pada merek dagangnya yang terbaca "Metromini". Metromini memang kurang nyaman dan aman. BusNesia pun berharap bus Metromini bisa diperbaiki atau diremajakan oleh manajemen mereka.
Metromini memang sebuah dilema bagi para penggunanya dan juga para pengguna jalan raya lainnya. Maka Metromini sangat dibenci karena dosa-dosanya antara lain:
1. Ngetem sembarangan yang jelas bikin macet.
2. Berhenti seenaknya sepertinya hanya Tuhan dan supir yang tau kapan dia akan berhenti.
3. Pembawaan supir yang selalu gak jelas sampai saling balapan antar supir.
Tapi dari semuanya itu ada sesuatu yang membuat rasa cinta, rindu dan selalu menanti Metromini. Rasa itu timbul karena Metromini selalu tersedia dan cepet bahkan lebih cepet dari busway karena jalanan semacet apapun bisa aja para supir Metromini nyelip padahal tuh bis lebih gede dari Avanza. Dengan ciri khas supirnya yang duduk miring antara bangku dengan setirnya membuat perjalanan semakin seru.
Ya itulah sisi menarik Metromini, bus yang awal kelahirannya untuk menyambut Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forcesalias Ganefo (tandingan Olimpiade) pada tahun 1962. Kelahiran Metromini pun atas perintah Presiden Soekarno langsung.
Antara Livery Metromini Dan Manor Racing
Nah menariknya lagi, Tuhan memainkan perannya dan menunjukkan tidak ada yang salah dengan Metromini. Peran Tuhan disini terbaca dari sedikit kekeliruan tim F1 Manor Racing dalam melivery mobil MRT05 mereka. Mobil F1 batangan Rio Haryanto mendadak mirip Metromini. Sedianya mobil MRT05 menggunakan livery orange biru seperti seragam safety Pertamina. Namun begitu keluar malah menjadi merah biru khas Metromini. Ya, sang pelari ibu kota menjelma menjadi jet darat batangan Rio.
Ada pesan tersirat yang bisa dibaca, Metromini, bus tanpa mania dan banyak dibenci namun selalu dinanti kehadirannya. Metromini dengan ragam persoalannya masih mampu mengantar para penumpang untuk memenuhi hajat hidup mereka. Metromini masih tetap tegar meski secara fisik sangat tidak layak jalan. Dan semoga Rio bisa seperti Metromini yang pantang menyerah bagaimanapun keadaannya. Rio harus pantang menyerah meski banyak yang nyinyir seperti juga Metromini. Metromini kan merefleksikan semagat pantang menyerah.
Sementara Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengungkapkan, jika dilihat aslinya, warna oranye di MRT05 itu lebih kepada merah. Sebab, pemilihan warna itu ada filosofinya.
"Sebenarnya, warna gradasinya itu mirip dengan baju safety Pertamina untuk semua lini bisnis. Di baju tersebut, ada warna merah, garis putih, dan lebih banyak warna birunya," kata Wianda.
Dan bagi BusNesia sendiri, bukan soal livery yang harus digembar-gemborkan oleh masyarakat Indonesia. Yang terpenting, masyarakat Indonesia harus mendukung Rio yang berhasil masuk tim Manor Racing, bisa memberi sesuatu yang baik kepada bangsa Indonesia.
Nah, itulah Metromini, meski tanpa mania, meski banyak di benci namun penumpang Metromini selalu penuh sesak.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »