03 April, 2016

Sejarah Bus TAVIP Tahun 1964

BusNesia - Kali ini BusNesia akan membahas bus jadul yang menggunakan armada bermerk Robur, yakni bus TAVIP. Bus TAVIP ini memang sangat menarik untuk di tulis. Ada yang menarik dalam tulisan wartawan senior Kompas, Mulyawan Karim di Kompas hari ini, 03 Maret 2016, beliau menulis sekitar tahun 1964 tarif bus TAVIP jauh-dekat adalah Rp 20 Sen. Oh ya, ternyata nama bus TAVIP ini terkait pidato bung Karno di HUT RI 1964. Untuk nama TAVIP sendiri kependekan dari TAhun VIvere Pericoloso atau Year Living Dangerously.


Judul pidato itu diambil dari bahasa Italia, yang artinya “tahun menyerempet-nyerempet bahaya”, jadi memang menggambarkan kondisi NKRI yang sudah sangat kritis itu (sekitar setahun sebelum peristiwa G 30 S). Lebih hebat lagi, pidato itu kemudian dibuat film berjudul The Years of Living Dangerously yang dibintangi antara lain oleh Mel Gibson, Sigourney Weaver, dan Linda Hunt.

Film ini dibuat di Filipina, membuahkan Oscar untuk bintang-bintangnya, tetapi dicekal di Indonesia. Beberapa adegan menggambarkan Bung Karno dan beberapa tokoh politik sedang berada di Hotel Indonesia, tetapi Hotel Indonesia yang digambarkan di film (hotel sederhana dengan pelayan yang menggunakan peci dan sarungnya. Jauh sekali dengan HI yang sesungguhnya pada waktu itu, yang megah dan modern dengan pelayan yang berjas-berdasi.

Sejarah Bus TAVIP

Untuk sejarah bus TAVIP ini BusNesia kutip dari tulisan bapak Sarlito Wirawan Sarwono; Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dalam koran SINDO, 10 Februari 2013. Sejarah bus ini diawali dengan lahirnya Keppres No 12/1966 pemerintah membuat perusahaan bus kota yang dinamakan TAVIP. Sebagian busnya bermerek Robur bikinan Hungaria (ketika itu Indonesia masih akrab dengan negara-negara komunis), tetapi sebagian besar lainnya dikerahkan dari truk-truk kantor pemerintah yang dalam Keppres 12/1966 yang masih ditandatangani oleh Presiden Soekarno itu diperintahkan untuk menyerahkan truk-truknya ke perusahaan bus Kota TAVIP.

Truk-truk itu kemudian dikelola dan dimodifikasi oleh perusahaan bus TAVIP. Dibuatkan atap dari terpal dan bangku menyamping seperti truk militer pengangkut personel, di tengah penumpang berdiri berpegangan pada talitali yang sudah disiapkan. Untuk naik-turunnya, penumpang menggunakan tangga di belakang truk dibantu seutas tali besar untuk bergelantungan. Sopir tidak melihat apa yang terjadi di belakang.

Sopir hanya mengandalkan komando kenek. Kalau kenek sudah teriak, “Tarik!”, truk pun melaju. Salah-salah penumpang yang belum mapan betul naik ke truk bisa terjengkang ke belakang. Betul-betul viviere pericoloso. Anehnya pada waktu itu tidak banyak kecelakaan dengan penggunaan bus ajaib itu.

Dibandingkan dengan zaman sekarang, manajemen transportasi kota zaman Orde Lama sangat amburadul. Suatu kemunduran drastis dari sistem transportasi umum zaman Belanda, di mana masih ada trem dan bus kota yang terpadu dengan angkutan air (Alwi Shahab, “Batavia Kota Banjir”: 2009). Zaman sekarang sistem angkutan umum kita (di Jakarta) sebenarnya sudah sangat maju. Bahkan lebih maju dari sebagian kota besar lain. Di Jakarta, kita bisa menggunakan transportasi umum door-to door. Anda bisa naik ojek atau bajai dari depan rumah, ke terminal bus atau halte Transjakarta, atau stasiun kereta api ring road, terus naik ojek atau bajai lagi ke kantor.

TAVIP Menjadi Nama Populer

Saat ini, Tavip adalah nama yang cukup populer untuk orang Indonesia. Mbah Google mencatat ada 25 orang profesional bernama Tavip yang menggunakan Linkedin. Bahkan ada pasar di Binjai yang bernama Pasar Tavip. Buat yang tidak tahu, nama Tavip tentunya dianggap sama saja dengan nama lainnya seperti nama Sarimin. Tetapi kalau diperhatikan baik-baik, semua yang bernama Tavip lahir sesudah tanggal 17 Agustus 1964 karena pada hari itulah Bung Karno mengucapkan pidato kenegaraannya berjudul “Tahun Viviere Pericoloso”.

Dikutip dari Rumah Opini
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih

Followers