23 May, 2016

Penampakan Bus Jadul ESTO Di Salatiga Expo

Ketika BusNesia membuka facebook agak kaget juga ditandai sebuah foto bus berbody kayu bertuliskan ESTO oleh Bang Udin Salatiga. Menurut Bang Udin, bus ESTO tersebut berada di Salatiga Expo. Memang jika kita membahas moda transportasi masa lalu di Salatiga ada satu nama yang tidak boleh kita lupakan. Nama yang begitu melegenda yaitu ESTO atau Eerste Salatigasche Transport Onderneeming. Bus ESTO biasa digunakan sebagai sarana transportasi masyarakat Salatiga ke Semarang atau Solo. Tidak mengheranka keberadaan bus ESTO yang memang sudah begitu melegenda. Bus ESTO tetap ada dihati masyarakat Salatiga bahkan menjadi salah satu ikon kota Salatiga.


Perusahaan Otobus ESTO memang masih memiliki beberapa bus, namun hanya rute Salatiga-Ambarawa saja dan itupun sudah mulai terengah-engah. Oleh pemilikinya, ESTO sepertinya kini tidak dikembangkan lagi. Keadaan bus yang tidak terawat terlihat sangat jelas. Sebenarnya sangat disayangkan apabila tidak ada yang meneruskan atau mengembangkan bus ESTO, padahal bus ESTO ini merupakan simbol Kota Salatiga.


Mungkin perlu adanya peranan Pemerintah untuk bisa mengembalikan ESTO sebagai ikon Salatiga. Tidak perlu dengan membeli bus baru yang mahal dan mewah, tetapi setidaknya ikut membantu memberi jalan agar perusahaan bisa membeli bus baru dan memperbaiki bus ESTO yang sudah lama. Bus ESTO yang lama lalu bisa digunakan sebagai angkutan wisata mengenang masa lalu. Dengan keadaan wilayah Salatiga yang begitu strategis tentu akan memberikan keuntungan, seperti foto dalam artikel ini di Salatiga Expo.

Sejarah Bus Esto

Mengutip website Kota Salatiga, ESTO singkatan dari Eerste Salatigasche Transport Onderneming, bahasa Belandanya untuk perusahaan transportasi pertama Salatiga. Kwa Tjwan Ing perintis pertama. Awal tahun 1920an pengusaha Tionghoa ini membeli beberapa mobil kecil yang dioperasikan sebagai sarana transportasi. Baru setelah 1923 diberi nama ESTO. Itulah cikal-bakal sejarah ESTO. Demikian Tekun Dhiarpraja, warga Salatiga, 44 tahun, penggemar sejarah bis ESTO. Dari kayu ”Sebetulnya bukan bis juga. Istilah bis itu jangan bayangkan bis itu seperti bis sekarang. Itu dulu dari kayu.” Awalnya ESTO hanya melayani rute Salatiga-Tuntang, kemudian juga Beringin. Rute itu dipilih karena di dua tempat itu ada stasiun kereta api.

Generasi pertama bis ESTO hanya mampu membawa sekitar 18 hingga 20 penumpang. Tempat duduknya dibagi dua. Ongkos berbeda ”Bagian tempat duduk di depan diberi jok bagus, khusus untuk orang Belanda. Sementara tempat duduk di bagian belakang menghadap ke belakang dan dibuat dari rotan, diperuntukkan bagi orang-orang pribumi. Ongkosnya pun berbeda.” Yang dimaksud dengan penumpang pribumi adalah kaum priyayi. Priyayi ”Jadi orang-orang yang punyalah yang bisa naik bis, meskipun dia posisinya tetap di belakang. Kalau rakyat biasa agak sulit untuk bisa naik bis tersebut pada jaman itu.”

Tahun 1930 Kwa Tjwan Ing mewariskan perusahaan ESTO ini kepada putranya, Kwa Hong Po, yang nama Indonesianya Winata Budi Dharma. Di masa ini ESTO makin jaya. Jarak tempuhnya tidak lagi hanya Salatiga-Beringin-Tuntang tetapi sudah sampai ke Semarang, Solo dan Magelang. Tapi akibat krisis ekonomi global tahun 1932 ESTO pun mengalami kesulitan. Sampai sekarang ESTO masih beroperasi, tapi hanya melayani rute Salatiga-Ambarawa saja dan hanya pada jam-jam tertentu
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih

Followers