BusNesia - Malam ini BusNesia akan mengulas makin sepinya penumpang bus dan tingkat keterisian bus tak optimal yang berimbas pada perusahaan otobus yang semakin susah mengeruk untung. Hal ini BusNesia amati sejak masyarakat mulai memilih menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Padahal, bus dulunya merupakan moda transportasi andalan. Dulu bus merupakan angkutan pilihan masyarakat untuk mobilitas sehari-hari.
Dari data yang BusNesia kumpulkan, tingkat keterisian bus AKAP semakin merosot. Jauh berbeda dengan 5 hingga 10 tahun lalu. Dari pengamatan BusNesia, penurunan jumlah penumpang bus terjadi setiap tahunnya. BusNesia memperkirakan kurangnya minat masyarakat menggunakan bus AKAP sebagai angkutan umum menjadi salah satu penyebab utama. Hal ini Menandakan bus makin tidak digemari, padahal jumlah komunitas penggemar bus semakin meningkat.
Keengganan masyarakat menggunakan bus AKAP sebagai pilihan moda transportasi memang dipicu banyak hal. Salah satu alasannya adalah soal kelaikan kendaraan. Memang dalam pengamatan BusNesia di Terminal Bus masih terlihat bus dan pengemudi yang kondisinya tidak laik. Masih maraknya bus yang tidak laik beroperasi di Indonesia tidak terjadi begitu saja. BusNesia mensinyalir perusahaan otobus (PO) memiliki beban yang cukup berat dalam menjalankan roda perusahaan.
BusNesia pernah berbincang dengan seorang pengusaha bus AKAP. Beliau menceritakan saat ini bunga kredit untuk kendaraan niaga seperti bus lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Untuk kendaraan bus, bunga kreditnya mencapai 12%-16% per tahun. Belum lagi biaya balik nama dan pengurusan legalitas macam KPS untuk satu unit bus baru bisa mencapai angka ratusan juta. Biaya itu memang bukan tarif resmi dan dapat terjadi lantaran banyaknya oknum nakal. Oleh sebab itu PO yang mampu menyediakan bus AKAP dengan kondisi bagus memiliki usaha lain selain transportasi angkutan umum. Secara umum, kebanyakan para pengusaha otobus hanya bisa mengoptimalkan kendaraan yang dimilikinya. Hal ini karena memperbarui kendaraan membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Selain itu, kondisi terminal bus tipe A yang ada juga memiliki andil cukup besar anjloknya jumlah penumpang bus di Tanah Air. Selama ini, terminal bus tipe A ditelantarkan beberapa pemerintah daerah (pemda) karena tidak prospektif mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD). Sedikitnya animo masyarakat menggunakan moda transportasi bus membuat pendapatan perusahaan ikut tergerus. Oleh karena itu, tidak banyak PO yang mampu menyediakan sarana bus AKAP dengan baik.
Sudah semestinya pemerintah harus mengambil langkah strategis guna menyelamatkan layanan bus AKAP. Salah satu langkah tersebut yakni dengan memberikan insentif kepada para pelaku usaha bus. Pemerintah bisa membantu dengan memberikan insentif dalam bentuk public service obligation (PSO) kepada penumpang bus. Menurut BusNesia pemberian insentif tersebut dapat membuat para penumpang tertarik untuk menggunakan bus sebagai moda transportasi andalan.
Pemberian PSO juga dapat membuat para pelaku usaha menjaga pelayanannya kepada masyarakat. Para pengusaha otobus wajib memberikan pelayanan terbaik terhadap penumpang meskipun hingga kini pemerintah belum merealisasikan insentif itu. Salah satu usaha meningkatkan pelayanan kepada penumpang adalah menjual tiket bus secara online. Dalam pantauan BusNesia beberapa pelaku usaha telah melakukan penjualan secara online.
Pengusaha bus harus menyadari bahwa semakin berkembangnya teknologi dan kebutuhan masyarakat, keberadaa bus yang nyaman, laik jalan dan bisa memperoleh tiket secara online memang menjadi pilihan. Harapan BusNesia para pelaku usaha otobus harus segera berbenah agar masyarakat kembali tertarik untuk menggunakan bus AKAP.
Dari data yang BusNesia kumpulkan, tingkat keterisian bus AKAP semakin merosot. Jauh berbeda dengan 5 hingga 10 tahun lalu. Dari pengamatan BusNesia, penurunan jumlah penumpang bus terjadi setiap tahunnya. BusNesia memperkirakan kurangnya minat masyarakat menggunakan bus AKAP sebagai angkutan umum menjadi salah satu penyebab utama. Hal ini Menandakan bus makin tidak digemari, padahal jumlah komunitas penggemar bus semakin meningkat.
Keengganan masyarakat menggunakan bus AKAP sebagai pilihan moda transportasi memang dipicu banyak hal. Salah satu alasannya adalah soal kelaikan kendaraan. Memang dalam pengamatan BusNesia di Terminal Bus masih terlihat bus dan pengemudi yang kondisinya tidak laik. Masih maraknya bus yang tidak laik beroperasi di Indonesia tidak terjadi begitu saja. BusNesia mensinyalir perusahaan otobus (PO) memiliki beban yang cukup berat dalam menjalankan roda perusahaan.
BusNesia pernah berbincang dengan seorang pengusaha bus AKAP. Beliau menceritakan saat ini bunga kredit untuk kendaraan niaga seperti bus lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Untuk kendaraan bus, bunga kreditnya mencapai 12%-16% per tahun. Belum lagi biaya balik nama dan pengurusan legalitas macam KPS untuk satu unit bus baru bisa mencapai angka ratusan juta. Biaya itu memang bukan tarif resmi dan dapat terjadi lantaran banyaknya oknum nakal. Oleh sebab itu PO yang mampu menyediakan bus AKAP dengan kondisi bagus memiliki usaha lain selain transportasi angkutan umum. Secara umum, kebanyakan para pengusaha otobus hanya bisa mengoptimalkan kendaraan yang dimilikinya. Hal ini karena memperbarui kendaraan membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Selain itu, kondisi terminal bus tipe A yang ada juga memiliki andil cukup besar anjloknya jumlah penumpang bus di Tanah Air. Selama ini, terminal bus tipe A ditelantarkan beberapa pemerintah daerah (pemda) karena tidak prospektif mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD). Sedikitnya animo masyarakat menggunakan moda transportasi bus membuat pendapatan perusahaan ikut tergerus. Oleh karena itu, tidak banyak PO yang mampu menyediakan sarana bus AKAP dengan baik.
Sudah semestinya pemerintah harus mengambil langkah strategis guna menyelamatkan layanan bus AKAP. Salah satu langkah tersebut yakni dengan memberikan insentif kepada para pelaku usaha bus. Pemerintah bisa membantu dengan memberikan insentif dalam bentuk public service obligation (PSO) kepada penumpang bus. Menurut BusNesia pemberian insentif tersebut dapat membuat para penumpang tertarik untuk menggunakan bus sebagai moda transportasi andalan.
Pemberian PSO juga dapat membuat para pelaku usaha menjaga pelayanannya kepada masyarakat. Para pengusaha otobus wajib memberikan pelayanan terbaik terhadap penumpang meskipun hingga kini pemerintah belum merealisasikan insentif itu. Salah satu usaha meningkatkan pelayanan kepada penumpang adalah menjual tiket bus secara online. Dalam pantauan BusNesia beberapa pelaku usaha telah melakukan penjualan secara online.
Pengusaha bus harus menyadari bahwa semakin berkembangnya teknologi dan kebutuhan masyarakat, keberadaa bus yang nyaman, laik jalan dan bisa memperoleh tiket secara online memang menjadi pilihan. Harapan BusNesia para pelaku usaha otobus harus segera berbenah agar masyarakat kembali tertarik untuk menggunakan bus AKAP.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »