Secara berkala, pengusaha bus
baik bus reguler, bus pariwisata dan bus karyawan selalu melakukan
penyegaran armadanya agar tidak ditinggalkan konsumen. Penyegaran armada
biasanya dilakukan dengan membeli sasis baru lalu dipesankan bodi model terbaru dari karoseri ternama. Pilihan semacam ini biasanya membutuhkan modal besar, mencapai
ratusan juta sampai miliaran rupiah untuk satu unit baru yang dibeli,
tergantung merk dan tipe sasis bus yang dibeli dan di karoseri mana bodi
bus tersebut akan dipesan.
Pilihan lainnya adalah penyegaran armada dengan cukup merombak
tampilan interior dan eksterior bus. Misalnya, dari model lama Travego
menjadi New Travego, atau dari model lama Sprinter menjadi Setra Top
Class. Pilihan kedua ini banyak dipilih para pengusaha bus saat
menghadapi keterbatasan modal. Mereka biasanya membawa armada bus lawasnya ke bengkel karoseri kecil
atau ke bengkel body repair speasialis bus yang banyak terdapat di
pinggiran Jakarta. Nah, di sinilah ada peluang bisnis yang dibidik oleh
Sarno, seorang pengusaha bengkel karoseri dan body repair spesialis bus
di Tangerang Selatan.
Mengusung bendera Karoseri Kuda Mas, Sarno berhasil mengembangkan usaha bengkel body repairnya ini dan menjadi langganan banyak pengusaha bus. Merintis usahanya sejak awal tahun 2000-an, Sarno kini sukses menjadi pengusaha bengkel karoseri bus dan body repair dengan belasan karyawan. Tak hanya mengelola bengkel karoseri, Sarno juga mulai merintis usaha kecil-kecilan di bidang transportasi, sewa dan charter bus.
Ditemui di workshopnya tak jauh dari Bintaro, Sarno menceritakan suka duka mengelola bisnis ini. “Sejak harga bahan bakar naik Desember lalu, harga bahan baku untuk karoseri juga naik, mulai dari cat, dempul sampai besi dan kaca,” ujar Sarno mengawali obrolan siang itu.
Saat kami mengunjungi bengkel workshopnya, karyawan Sarno sedang mengerjakan pesanan ganti model lima unit microbus Isuzu Elf menjadi mobil untuk product display dari seorang pengusaha Jakarta, pesanan make over dan body repair beberapa armada bus PO Arya Prima, Tangerang, pesanan 4 unit makeover armada PO PEC, Jakarta, untuk bus angkutan karyawan di Cikarang, dan pesanan make over beberapa unit bus dari PO Transport di Sumatera.
“Yang armada Elf ini pemiliknya minta diubah bentuk, dari Elf jenis mobil penumpang, kita ubah jadi mobil display produk untuk kegiatan pameran. Katanya akan dipakai perusahaan rokok HM Sampoerna,” kata Sarno. Beberapa anak buah Sarno terlihat sibuk melakukan finishing pada salah satu unit Elf yang hampir rampung pengerjaannya. Bagian kabin Elf ini sudah diubah menjadi model blind van dengan pintu swing di bagian samping dan belakang mobil. Cat mobil juga sudah diganti dengan kelir hitam.
“Kalau yang bus-bus dari PO PEC ini minta diubah jadi model Jetbus. Untuk bus PO Transport yang di sebelah itu, cuma body repair karena busnya baru saja mengalami laka,” ujar Sarno sambil menunjuk ke sebuah bus bertuliskan PO Transport warna kombinasi biru putih jurusan Lubukbasung-Jakarta-Bandung. Bagian bumper depan sebelah kanannya terlihat remuk dan kacanya retak akibat tubrukan dengan sebuah mobil Avanza di Baturaja, Sumatera Selatan.
PO Transport adalah pelanggan tetap Karoseri Kuda Mas yang dikelola Sarno. Setiap pemiliknya ingin menyegarkan penampilan armada busnya, baik berupa rombak minor atau rombak total, selalu mengirim unit busnya ke bengkel karoseri Kuda Mas, milik Sarno.
Sarno menjelaskan, meski karoseri yang dikelolanya adalah bengkel karoseri kecil, pihaknya tidak bisa mempertaruhkan aspek keamanan dan keselamatan terkait dengan struktur bodi bus. “Selain ubah bentuk atau ganti model, saya siap mengerjakan pesanan pembuatan bodi bus dari nol, dari masih wujud sasis dan mesin mas,” ujar Sarno yang untuk mengelola bisnisnya ini sehari-harinya dibantu oleh sang istri.
Sarno mencontohkan, untuk besi rangka konstruksi bodi, dia memesan besi hollow buatan PT Krakatau Steel Tbk, Cilegon, Banten. “Ketebalan rangka yang saya pakai minimal 3 milimeter,” ujarnya. Untuk pelat bodi, Sarno menggunakan lembaran pelat baja dengan ketebalan sekitar 1 milimeter, jenis pelat galvanil. Proses pengelasan pelat bodi ke struktur rangka menggunakan teknik las titik yang kemudian diperhalus dengan gerinda.
Menurut Sarno, pihaknya bisa melayani pesanan ubah model atau pembuatan bodi bus model apa saja, mengikuti keinginan atau selera customer, termasuk untuk membuat bus dengan desain atau model terkini seperti dihasilkan karoseri besar dan sedang banyak disukai pengusaha bus.
Sarno yang merintis karier sebagai tenaga mekanik karoseri di Karoseri Srikandi, di Jakarta Selatan, ini tak menampik, bagus tidaknya kualitas pengerjaan dan finishing produksi sebuah bus amat tergantung pada kejelian pengusaha karoseri dalam memilih tukang.
Sebagaimana pada dunia arsitektur yang mengenal tukang bangunan dengan kualitas A, B dan C, di industri karoseri juga dikenal grade tukang seperti demikian. “Kalau kualitas tukangnya bagus, hasil akhirnya juga bagus. Kalau tukangnya biasa-biasa saja, hasilnya juga akan biasa-biasa saja,” jelas Sarno.
“Tapi semua juga tergantung supervisi kita, mengawasi proses produksinya,” imbuhnya.
Sebagai pribadi yang sudah puluhan tahun bergelut di usaha bengkel karoseri bus, Sarno, pemilik Karoseri Kuda Mas di Tangerang Selatan, tak menampik, mencari tukang/mekanik karoseri yang berkualitas dan berdedikasi tinggi cukup sulit. Adalah hal biasa jika tenaga mekanik karoseri, apalagi yang sudah ahli, lompat ke perusahaan lain yang menjanjikan penghasilan dan kenyamanan kerja yang lebih.
Kembali tentang material bahan baku karoseri, Sarno mengatakan sejak Desember lalu harganya beringsut naik akibat kenaikan harga BBM. Konsekuensinya, Sarno juga melakukan penyesuaian harga yang dia kenakan kepada pelanggannya. “Harga material sejak Desember (2014) kemarin naik rata-rata 10 sampai 15 persen,” sebutnya. “Saya tidak berani mengurangi kualitas material atau mengurangi mutu pekerjaan, lebih baik harganya yang saya sesuaikan agar pelanggan tetap puas,” tambah Sarno. Alasan Sarno lainnya juga masuk akal. “Bus itu kan barang yang akan terus menerus bergerak karena dipakai mengangkut orang dengan kondisi jalan yang dilalui amat beragam. Kalau mutu garapannya jelek, bus cepat rusak,” kata dia.
Sarno mengawali karier di dunia karoseri dengan menjadi tenaga mekanik di Karoseri Srikandi, di Jalan Haji Kahfi, Ciganjur, Jakarta Selatan, sekitar pertengahan 1990-an. Sekitar tahun 1997, dia kemudian memutuskan pindah ke PO Giri Indah di Pekayon, Bekasi, dan menangani bagian bengkel reparasi bodi bus.
Dua tahun kemudian, atau sekitar tahun 1999, Sarno memutuskan keluar dari PO Giri Indah. Dilatarbelakangi keinginan mengembangkan kemampuannya, bersama dua temannya Sarno memberanikan diri mendirikan bengkel reparasi bodi bus sendiri. Mereka menyewa sebuah lahan kosong di kawasan Joglo, Jakarta Barat. Harga sewanya saat itu sekitar Rp 10 juta per tahun.
Sumber: Mobil Komersial
Pak Sarno di workshop Karoseri Kuda Mas |
Mengusung bendera Karoseri Kuda Mas, Sarno berhasil mengembangkan usaha bengkel body repairnya ini dan menjadi langganan banyak pengusaha bus. Merintis usahanya sejak awal tahun 2000-an, Sarno kini sukses menjadi pengusaha bengkel karoseri bus dan body repair dengan belasan karyawan. Tak hanya mengelola bengkel karoseri, Sarno juga mulai merintis usaha kecil-kecilan di bidang transportasi, sewa dan charter bus.
Ditemui di workshopnya tak jauh dari Bintaro, Sarno menceritakan suka duka mengelola bisnis ini. “Sejak harga bahan bakar naik Desember lalu, harga bahan baku untuk karoseri juga naik, mulai dari cat, dempul sampai besi dan kaca,” ujar Sarno mengawali obrolan siang itu.
Saat kami mengunjungi bengkel workshopnya, karyawan Sarno sedang mengerjakan pesanan ganti model lima unit microbus Isuzu Elf menjadi mobil untuk product display dari seorang pengusaha Jakarta, pesanan make over dan body repair beberapa armada bus PO Arya Prima, Tangerang, pesanan 4 unit makeover armada PO PEC, Jakarta, untuk bus angkutan karyawan di Cikarang, dan pesanan make over beberapa unit bus dari PO Transport di Sumatera.
“Yang armada Elf ini pemiliknya minta diubah bentuk, dari Elf jenis mobil penumpang, kita ubah jadi mobil display produk untuk kegiatan pameran. Katanya akan dipakai perusahaan rokok HM Sampoerna,” kata Sarno. Beberapa anak buah Sarno terlihat sibuk melakukan finishing pada salah satu unit Elf yang hampir rampung pengerjaannya. Bagian kabin Elf ini sudah diubah menjadi model blind van dengan pintu swing di bagian samping dan belakang mobil. Cat mobil juga sudah diganti dengan kelir hitam.
“Kalau yang bus-bus dari PO PEC ini minta diubah jadi model Jetbus. Untuk bus PO Transport yang di sebelah itu, cuma body repair karena busnya baru saja mengalami laka,” ujar Sarno sambil menunjuk ke sebuah bus bertuliskan PO Transport warna kombinasi biru putih jurusan Lubukbasung-Jakarta-Bandung. Bagian bumper depan sebelah kanannya terlihat remuk dan kacanya retak akibat tubrukan dengan sebuah mobil Avanza di Baturaja, Sumatera Selatan.
PO Transport adalah pelanggan tetap Karoseri Kuda Mas yang dikelola Sarno. Setiap pemiliknya ingin menyegarkan penampilan armada busnya, baik berupa rombak minor atau rombak total, selalu mengirim unit busnya ke bengkel karoseri Kuda Mas, milik Sarno.
Sarno menjelaskan, meski karoseri yang dikelolanya adalah bengkel karoseri kecil, pihaknya tidak bisa mempertaruhkan aspek keamanan dan keselamatan terkait dengan struktur bodi bus. “Selain ubah bentuk atau ganti model, saya siap mengerjakan pesanan pembuatan bodi bus dari nol, dari masih wujud sasis dan mesin mas,” ujar Sarno yang untuk mengelola bisnisnya ini sehari-harinya dibantu oleh sang istri.
Sarno mencontohkan, untuk besi rangka konstruksi bodi, dia memesan besi hollow buatan PT Krakatau Steel Tbk, Cilegon, Banten. “Ketebalan rangka yang saya pakai minimal 3 milimeter,” ujarnya. Untuk pelat bodi, Sarno menggunakan lembaran pelat baja dengan ketebalan sekitar 1 milimeter, jenis pelat galvanil. Proses pengelasan pelat bodi ke struktur rangka menggunakan teknik las titik yang kemudian diperhalus dengan gerinda.
Menurut Sarno, pihaknya bisa melayani pesanan ubah model atau pembuatan bodi bus model apa saja, mengikuti keinginan atau selera customer, termasuk untuk membuat bus dengan desain atau model terkini seperti dihasilkan karoseri besar dan sedang banyak disukai pengusaha bus.
Sarno yang merintis karier sebagai tenaga mekanik karoseri di Karoseri Srikandi, di Jakarta Selatan, ini tak menampik, bagus tidaknya kualitas pengerjaan dan finishing produksi sebuah bus amat tergantung pada kejelian pengusaha karoseri dalam memilih tukang.
Sebagaimana pada dunia arsitektur yang mengenal tukang bangunan dengan kualitas A, B dan C, di industri karoseri juga dikenal grade tukang seperti demikian. “Kalau kualitas tukangnya bagus, hasil akhirnya juga bagus. Kalau tukangnya biasa-biasa saja, hasilnya juga akan biasa-biasa saja,” jelas Sarno.
“Tapi semua juga tergantung supervisi kita, mengawasi proses produksinya,” imbuhnya.
Sebagai pribadi yang sudah puluhan tahun bergelut di usaha bengkel karoseri bus, Sarno, pemilik Karoseri Kuda Mas di Tangerang Selatan, tak menampik, mencari tukang/mekanik karoseri yang berkualitas dan berdedikasi tinggi cukup sulit. Adalah hal biasa jika tenaga mekanik karoseri, apalagi yang sudah ahli, lompat ke perusahaan lain yang menjanjikan penghasilan dan kenyamanan kerja yang lebih.
Kembali tentang material bahan baku karoseri, Sarno mengatakan sejak Desember lalu harganya beringsut naik akibat kenaikan harga BBM. Konsekuensinya, Sarno juga melakukan penyesuaian harga yang dia kenakan kepada pelanggannya. “Harga material sejak Desember (2014) kemarin naik rata-rata 10 sampai 15 persen,” sebutnya. “Saya tidak berani mengurangi kualitas material atau mengurangi mutu pekerjaan, lebih baik harganya yang saya sesuaikan agar pelanggan tetap puas,” tambah Sarno. Alasan Sarno lainnya juga masuk akal. “Bus itu kan barang yang akan terus menerus bergerak karena dipakai mengangkut orang dengan kondisi jalan yang dilalui amat beragam. Kalau mutu garapannya jelek, bus cepat rusak,” kata dia.
Sarno mengawali karier di dunia karoseri dengan menjadi tenaga mekanik di Karoseri Srikandi, di Jalan Haji Kahfi, Ciganjur, Jakarta Selatan, sekitar pertengahan 1990-an. Sekitar tahun 1997, dia kemudian memutuskan pindah ke PO Giri Indah di Pekayon, Bekasi, dan menangani bagian bengkel reparasi bodi bus.
Dua tahun kemudian, atau sekitar tahun 1999, Sarno memutuskan keluar dari PO Giri Indah. Dilatarbelakangi keinginan mengembangkan kemampuannya, bersama dua temannya Sarno memberanikan diri mendirikan bengkel reparasi bodi bus sendiri. Mereka menyewa sebuah lahan kosong di kawasan Joglo, Jakarta Barat. Harga sewanya saat itu sekitar Rp 10 juta per tahun.
Sumber: Mobil Komersial
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »