08 January, 2016

Dalam Sejarahnya, PT Metro Mini Pernah Miliki 6 Ribu Unit Bus

Dalam catatan sejarah, Metro Mini mulai dikenal pada tahun 1960-an. Awalnya, bus ini diperuntukkan untuk mengangkut para peserta Asean Games tahun 1962. Konon, usai digunakan untuk Asean Games, bus ini teronggok, tak digunakan.

Usai pagelaran olahraga tingkat Asia Tenggara tersebut, bus berkelir oranye dengan kapasitas penumpang puluhan orang ini tak beroperasi. Akhirnya, Pemerintah DKI Jakarta memanfaatkan ribuan bus tersebut. Salah satunya dengan menitipkan pengelolaannya kepada perusahaan bus swasta, Arion. Namun sayang, Arion kewalahan.


Pada tahun 1976, di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin dibentuklah badan usaha yang menaungi para penguasa jalanan tersebut dalam PT Metro Mini. Setidaknya, ada dua ribu pemilik Metro Mini yang bergabung kala itu.

Metro Mini pun menjadi populer dan dianggap mampu memberi layanan angkutan penumpang paling memadai untuk warga Jakarta pada tahun 60-an. Metro Mini yang kala itu diperkirakan mencapai enam ribu unit berhasil memikat warga Ibu Kota.

Julukan ‘raja jalanan’ melekat pada angkutan yang murah meriah ini. Pasalnya, bus yang mematok tarif murah ini sering dikendarai sopir yang 'berani'. Sopir angkutan ini dikenal ugal-ugalan dan sering menurunkan penumpang di tengah jalan. Tak hanya itu, Metro Mini juga dikenal tak memiliki perlengkapan dan komponen keselamatan kendaraan yang memadai.

Banyak yang membenci kehadiran Metro Mini. Namun, tak sedikit yang mencari. Pasalnya, harus diakui, cuma Metro Mini yang menguasai jalanan, karena memiliki rute trayek terluas dibanding moda transportasi jenis lain. Selain itu, tarif angkutan ini juga terbilang murah.

Hampir 31 tahun berselang, tepatnya di tahun 1993. PT Metro Mini yang menaungi enam ribu unit bus ini mengalami konflik internal. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang telah membentuk pengurus baru pada tahun 1995 digugat oleh pengurus periode sebelumnya. Gugatan dilayangkan dan berhasil dimenangkan oleh para pengurus periode tahun 1993.

Dampaknya, konflik di internal semakin mengeras dan tak dapat dihindari. Puncaknya, pada tahun 2013, konflik laten yang terpendam sejak 1993 itu berbuah perusakan. Markas PT Metro Mini di Rawamangun, Jakarta Timur diserang dan dirusak oleh sejumlah sopir.

Dewan Pengurus Pusat (DPP) Organda mencatat, jumlah Metro Mini di Jakarta terus menyusut. Dari enam ribu unit pada tahun 1962-an, hanya tersisa 3.168 unit pada tahun 2013. Jumlah ini menyusut lagi pada tahun 2014 menjadi 1.672 unit dan semakin meyusut di awal 2016.

(Disarikan dari berbagai sumber seperti Kompas dan Viva)
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih

Followers